Thursday, March 10, 2005

PRESS RELEASE : Kerjasama LIPI - Fraunhofer - PT Kimia Farma, Tbk untuk Pengembangan biofarmasetik dengan molecular farming

PRESS RELEASE : Kerjasama LIPI - Fraunhofer - PT Kimia Farma, Tbk untuk Pengembangan biofarmasetik dengan molecular farming
Selasa, 8 Maret 2005


Penandatanganan MOU di LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin, 7 Maret 2005.

Biofarmasetik adalah produk farmasi yang berbentuk protein dan dikembangkan dengan bioteknologi untuk digunakan sebagai obat, perangkat diagnosa penyakit dan vaksin. Kebutuhan biofarmasetik semakin meningkat karena efek samping yang rendah dan potensi serta akurasi yang tinggi. Sayangnya harga produk farmasi ini masih sangat mahal karena biaya produksi tinggi sehingga belum bisa dimanfaatkan oleh penduduk negara berkembang.

Molecular farming adalah usaha produksi protein bernilai tinggi, khususnya biofarmasetik menggunakan tanaman. Teknologi molecular farming adalah terobosan yang dapat menurunkan biaya produksi sampai 1/10 dari cara konvensional yang menggunakan mikroba, sel hewan, dll. Karena menggunakan tanaman, teknologi ini sangat sesuai dengan iklim tropis yang kaya sinar matahari dan tanah subur. Dikembangkan pertama kali tahun 1980-an, molecular farming adalah teknologi frontier yang intensif dikembangkan di negara-negara maju di Eropa dan Amerika oleh lembaga penelitian serta industri.

LIPI sejak tahun 2003 telah memulai penelitian molecular farming dengan fokus pada produksi protein untuk pengobatan yaitu human erythropoietin (hEPO) untuk penyakit anemia dan protein untuk diagnosa yaitu sialidase untuk penyakit kanker, menggunakan tanaman tembakau. Selain itu ada juga upaya untuk mengembangkan vaksin edible/yang bisa dimakan, menggunakan tanaman pisang. Berbekal dari hasil-hasil yang telah dicapai itu, kali ini LIPI menjalin kerjasama dengan Fraunhofer Institute dari Jerman, salah satu pusat riset unggulan di dunia dalam teknologi molecular farming, untuk mengembangkan teknologi ini di negara tropis. Tim dari LIPI dipimpin oleh DR. Arief Budi Witarto dan dari Fraunhofer oleh DR. Stefan Schillberg. PT Kimia Farma, Tbk turut bergabung sebagai mitra industri.

Ada tiga protein utama yang akan dikembangkan dalam kerjasama ini yaitu human serum albumin (HSA), human interferon-alfa (IFN-alpha 2) dan antibodi M12. Penggunaan HSA di dunia mencapai 550 ton/tahun, termasuk yang terbesar dan digunakan untuk pengobatan penyakit sirosis hati, luka bakar, dll. IFN-alpha 2 digunakan sebagai obat anti-virus dan banyak dipakai untuk pengobatan HIV, Hepatitis, dsb. Sementara antibodi M12 adalah antibodi yang mengenali antigen MUC-1 yang banyak terdapat pada permukaan sel kanker seperti kanker payudara, kanker hati, dll. Menggunakan antibodi M12, sel kanker dapat didiagnosa secara akurat dan dibunuh secara tepat. Selain 3 protein utama ini, akan dilakukan pula molecular farming terhadap protein inhibitor helicase yang akan dicari dari mikroba isolat Indonesia. Protein inhibitor helicase dapat menjadi obat anti virus seperti virus Dengue penyebab penyakit demam berdarah, karena mencegah replikasi/pertumbuhan virus dalam sel yang diinfeksi.

Protein-protein tersebut di atas akan diproduksi menggunakan kloroplast yaitu organela sel tanaman yang berfungsi melakukan fotosintesa di daun. Keuntungan menggunakan kloroplast dibandingkan inti sel yang lazim digunakan saat ini adalah tingkat produksi yang jauh lebih tinggi serta kemungkinan trasfer gen ke tanaman lain yang jauh lebih rendah. Tanaman yang digunakan adalah tembakau karena pertumbuhannya yang cepat, teknologi yang sudah mapan dan produksi biomassa (daun) yang besar. Menggunakan teknologi DNA rekombinan, gen penyandi protein disisipkan dalam genom tanaman di kloroplast sehingga tanaman tembakau transgenik yang dihasilkan dapat memproduksi protein obat yang bermanfaat. Dari daun tembakau yang dipanen, protein-protein biofarmasetik itu akan diekstraksi dan dimurnikan untuk diperoleh protein murninya sehingga molecular farming ini dapat diibaratkan dengan "bertani protein". Pengembangan teknologi-teknologi di atas akan dilakukan secara bersama oleh LIPI dan Fraunhofer. Sementara penanaman tembakau transgenik dilakukan di lahan luas Cibinong Science Center yang dikontrol dengan ketat. Dalam waktu tiga tahun, direncanakan sudah diperoleh hasil yang dapat dilanjutkan untuk produksi tingkat industri oleh PT Kimia Farma, Tbk. Melalui hasil penelitian ini diharapkan harga obat-obat biofarmasetik yang penting, dapat lebih dijangkau masyarakat luas.